Senin, 22 Oktober 2018

TUGAS SIM, MAYANG SARI, YANANTO MIHADI PUTRA, PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI, 2018.

“MEMBAHAS METODE & KONSEP PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI YANG DAPAT MENJADI PILIHAN PARA PENGGUNA SISTEM INFORMASI BERDASARKAN TINGKAT KEBUTUHANNYA” Langkah-langkah yang diperlukan dalam siklus pengembangan suatu sistem informasi untuk membangun dan mengimplementasikan sistem informasi bisnis di suatu perusahaan. Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana masing-masing langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari tahap sebelumnya. Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang. Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap ini mencakup: • Kebutuhan stratejik organisasi • Aspek legal pendukung organisasi • Masukan kebutuhan dari pengguna Secara garis besar ada enam tahap yang biasa dijadikan sebagai batu pijakan atau model dalam melaksanakan aktivitas pengembangan sistem informasi, yaitu: perencanaan, analisis, desain, konstruksi, implementasi, dan pascaimplementasi. 1. Tahap Perencanaan Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15 tingkat. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem informasi direncanakan secara matang, mencakup: Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit organisasi, kegiatan ataun sistem yang mana yang akan dilibatkan dalam pengembangan ini dan unit mana yang tidak dilibatkan? Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya yang diperlukan. Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial. Perencanaan akan menunjukkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan, sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak awal. Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah dan harus berjalan secara bersamaan/paralel yang diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi. Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus dipertegas sejak awal. 2. Tahap Analisis Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi. Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM terlibat dalam titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut: a. Menetapkan rencana penelitian sistem b. Mengorganisasikan tim proyek c. Mendefinisikan kebutuhan informasi d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem e. Menyiapkan usulan rancangan sistem f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting yang harus segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang direkomendasikan. 3. Tahap Perancangan (Desain) Pada tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun, seperti sistem basis data, jaringan komputer, teknik koversi data, metode migrasi sistem, dan sebagainya. Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau manajemen, dan tim teknologi informasi akan melakukan perancangan terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait, seperti: standard operating procedures (SOP), struktur organisasi, kebijakan-kebijakan, teknik pelatihan, pendekatan SDM, dan sebagainya. Langkah-langkah tahap rancangan sistem mencakup: a. Menyiapkan detail rancangan sistem b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi/rancang banun sistem c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem d. Memilih konfigurasi terbaik e. Menyiapkan usulan penerapan/aplikasi f. Menyetujui atau menolak aplikasi sistem 4. Tahap Pembangunan Fisik/Konstruksi Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangan sistem yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksanaan tahap ini, mengingat semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih detail. Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM, biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap manajemen proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar penggunaan sumber daya dapat efektif dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba atas sistem informasi yang baru dikembangkan. 5. Tahap Implementasi Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertarna kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru didesain. Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi b. Mengumumkan rencana implementasi c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak d. Menyiapkan database e. Menyiapkan fasilitas fisik f. Memberikan pelatihan dan workshop g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem) h. Penggunaan sistem baru Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan. Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang. 6. Tahap Pasca Implementasi Pengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap implementasi dilakukan. Namun, ada satu tahapan lagi yang harus dijaga dan diperhatikan oleh manajemen, yaitu tahap pasca implementasi. Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca implementasi adalah bagaimana pemeliharaan sistem akan dikelola. Seperti halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan mengalami perkembangan di kemudian hari. Hal-hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak akses sistem, penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak, merupakan contoh dari kasus-kasus yang biasanya timbul dalam pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk menjamin terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem. Dari perspektif manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu aktivitas di mana harus ada personil atau divisi yang dapat melakukan perubahan atau modifikasi terhadap sistem informasi sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis. Hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam pengembangan sistem tersebut. Di era global seperti sekarang ini, kesadaran anggota masyarakat terhadap keberadaan organisasi dan manajemen semakin meningkat. Ketatnya persaingan, meningkatnya kadar ketidakpatian, dan semakin dirasakannya keterbatasan, mendorong orang-orang untuk semakin hati-hati dalam berpikir dan bertindak, terutama dalam urusan bisnis yang menuntut kecermatan dalam perencanaan, kesungguhan dalam pelaksanaan, dan kejelian dalam evaluasi, agar tujuan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, memahami manajemen dan keterampilan dalam menerapkan fungsi-fungsinya menjadi penting. Dalam manajemen, tahap perencanaan memegang peranan penting, karena perencanaan merupakan langkah awal untuk memiliki sebuah pedoman kerja yang terarah dan jelas, sehingga aktifitas organisasi dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan yang baik memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan mencapai tujuan, tetapi sebuah rencana tidak berarti apa-apa tanpa adanya pelaksanaan atau implementasi. Oleh karena itu, dalam buku ini perencanaan dan implementasi menjadi bahasan utama, kemudian dilengkapi dengan evaluasi. Hal lain yang perlu juga dikemukakan, bahwa rencana yang baik dapat dijadikan pedoman pelaksanaan sekaligus dapat digunakan sebagai pedoman evaluasi, karena dalam prakteknya evaluasi adalah membandingkan antara target yang ditetapkan dalam rencana dan realisasi sebagai hasil implementasi. Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah tentang perubahan cara pandang seseorang dalam menyikapi proses perencanaan dan munculnya sebuah rencana. Dalam kehidupan nyata sulit dipungkiri adanya perencanaan semu, artinya tidak mencerminkan sebuah rencana murni yang utuh, karena sering terjadi penyusunan rencana berdasarkan dana yang tersedia, sehingga sulit mewujudkan sesuatu yang berkualitas. Idealnya, rencana disusun sedemikian rupa guna mewujudkan suatu produk sesuai dengan harapan. Dana, merupakan konsekuensi dari sebuah rencana, berapa pun dana yang diperlukan harus dipenuhi kalau memang sudah diperhitungkan dengan matang dan akurat. Buku ini diberi judul "Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan (Fungsi-Fungsi Manajemen)”, yang diharapkan dapat menjadi bahan renungan bagi pembaca, khususnya mahasiswa dalam memahami tentang fungsi-fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dengan manajemen secara keseluruhan. Bagi mahasiswa atau orang yang memiliki minat untuk mempelajari seluk beluk manajemen, buku ini akan sangat membantu dalam memahami keterkaitan antara perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sehingga dapat menambah wawasan untuk dijadikan bekal dalam mengemban tugas sebagai manajer. Diakui bahwa dalam penyusunan buku ini penulis banyak menghadapi kendala yang disebabkan oleh keterbatasan, terutama keterbatasan waktu dan tenaga. Tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kendala-kendala tersebut dapat diatasi sehingga buku ini selesai disusun dan akhirnya sampai ke tangan pembaca. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam berbagai bentuk. Akhirul kata, penulis berharap semoga buku ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengembangkan diri melalui belajar dan berpikir, sehingga hari ini akan lebih baik dari kemarin, dan hari esok akan lebih baik dari hari ini melalui membaca dan belajar . Hanya kepada Allah-lah, kita semua memohon petunjuk dan perlindungan, semoga niat baik kita semua mendapat izin dan ridhoa-Nya. Amiin. Solusi yang akan dilakukan, jika perusahaan ternyata menghadapi masalah tersebut beserta alternatifnya Berikut adalah 9 langkah Solusi yang akan dilakukan, jika perusahaan ternyata menghadapi masalah tersebut beserta alternatifnya : 1. Pengorganisasian yang baik Pengorganisasian yang terencana dengan baik dapat menolong Anda dalam menyelesaikan berbagai tugas, sehingga Anda bisa memantau tugas atau tahapan yang sudah selesai dilakukan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah dengan membuat daftar kerja atau jadwal kerja. Dengan demikian maka Anda dapat mengevaluasi dan memastikan tidak ada tugas yang terlewatkan. 2. Berpikir kreatif Kreativitas sangat dibutuhkan dalam menjalankan usaha agar dapat memenangkan kompetisi pasar. Berpikir kreatif dengan bersedia menampung ide-ide baru, terus menambah wawasan dapat Anda gunakan untuk mengembangkan usaha Anda. 3. Mencatat berbagai hal secara menyeluruh Sebuah bisnis hendaknya memiliki mencatat seluruh proses yang ada dalam bisnisnya. Data yang menyeluruh ini akan sangat menolong Anda untuk mengamati perkembangan bisnis, mengetahui adanya kekurangan dalam sebuah proses, atau mengambil langkah strategi baru. 4. Menganalisa kompetitor bisnis Kompetisi atau persaingan memang tidak bisa dipisahkan dari sebuah proses usaha. Namun dengan adanya kompetisi ini, maka akan mendorong pengusaha untuk berinovasi dan membuat hal yang baru. Jangan takut untuk belajar dari kompetitor Anda. Bisa jadi kompetitor memiliki strategi atau langkah yang bisa menginspirasi Anda. 5. Konsisten Saat Anda melakukan apa yang sudah ditetapkan dalam perusahaan secara konsisten, meskipun hal yang sederhana, maka konsistensi tersebut akan mengarahkan Anda pada kesuksesan di masa datang. Konsisten dalam berperilaku baik akan membentuk kebiasaan yang positif pula. Selain itu Anda juga dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. 6. Pahami risiko Membuat penghitungan risiko yang tepat membuat Anda dapat meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Dengan memahami risiko yang mungkin terjadi, maka akan membuat Anda lebih siap menghadapinya, tentunya Anda juga sudah memiliki berbagai strategi yang siap untuk diterapkan. 7. Fokus Saat Anda membangun bisnis, tidak serta merta Anda akan mendapatkan penghasilan yang besar. Ada banyak hal yang harus Anda kerjakan agar bisnis Anda terus tumbuh. Tetap fokus pada tujuan Anda akan membuat Anda dapat mengelola usaha dengan baik. 8. Pelayanan yang baik Ada hal penting lainnya yang penting diperhatikan adalah pelayanan kepada pelanggan. Bagian ini tidak hanya menerima keluhan pelanggan dan memberikan solusi semata, namun mereka juga harus bisa mengedukasi konsumen dengan baik. Pelayanan yang baik akan membuat konsumen Anda akan terus kembali menggunakan produk Anda. Kesuksesan sebuah bisnis tidak bisa didapatkan secara instan. Diperlukan kerja keras dan mental tangguh untuk mewujudkannya. Semoga artikel ini bermanfaat. PEMBIAYAAN USAHA YANG BERKEMBANG Karmila Sari 2DA02 (44212027) Dalam perintisan sebuah usaha baru, faktor utama yang diperlukan untuk membangun usaha tersebuta adalah Modal. Modal adalah harta (uang, barang, atau surat berharga) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan atau menambah suatu kekayaan. Pada awalnya modal akan digunakan sebagai biaya awal untuk membangun suatu usaha, dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pendukung usaha tersebut. Untuk membangun suatu usaha diperlukan modal yang tidak sedikit, oleh karena itu dibutuhkan beberapa cara untuk memperoleh modal awal usaha. dalam proses memperoleh modal itu, beberapa usahawan akan menghadapi masalah-masalah dalam pencarian modal. Masalah-Masalah dalam Pencarian Modal Beberapa masalah yang sering ditemui dalam pencarian modal antara lain : 1. Kurangnya ketajaman bisnis (misal : tidak jeli melihat peluang, tidak dapat mengadaptasi masalah dengan baik) 2. Kurangnya pengalaman bisnis 3. Harus dapat mengidentifikasi lebih dahulu kebutuhan modal (baik secara finansial maupun berupa mesin) 4. Harus ada proyeksi laba dan proyeksi mengenai tingkat pengembalian investasi 5. Harus ada identifikasi tujuan dari penggunaan modal usaha Masalah yang berkaitan dengan kesulitan yang biasanya dihadapi wirausahawan antara lain : 1. Kinerja atau konsep perusahaan yang meragukan 2. Kegagalan perusahaan untuk menindaklanjuti 3. Kurangnya pengalaman dan ketajaman bisnis 4. Preferensi dari pemodal 5. Kurangnya hubungan dengan sumber-sumber modal Pembiayaan Bisnis Harus dilakukan identifikasi usaha yang akan dijalankan Melakukan identifikasi sumber pembiayaan yaitu 1. Internal (modal perusahaan) Modal yang dimiliki oleh si pembuat usaha baru tersebut (modal pemilik). Berupa aktiva-aktiva yang ada di perusahaan 2. Eksternal (investor, kredit bank) Modal yang didapat dari bank, investor dan semua yang didapat dari luar perusahaan untuk yang nantinya akan di jadikan modal perusahaan. Penentuan Kebutuhan Keuangan Perusahaan Perencanaan keuangan Perencanaan Keuangan adalah proses dari : 1. Menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan. 2. Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghidari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang. 3. Menentukan alternatif mana yang akan dipilih 4. Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan. Mengapa perusahaan membutuhkan dana? Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk tetap beroperasi, karena kegagalan dalam membayar pemasok dapat dapat membuat bangkrutnya usaha. Manajer harus dapat membedakan dua jenis pengeluaran : a. Pengeluaran Jangka Pendek (Short Term / Operatinge Xpenditures) Pengeluaran jangka pendek adalah pengeluaran yang muncul dalam aktivitas bisnis sehari-hari. Pengeluaran jangka pendek meliputi dana yang ditanamkan dalam persediaan (baik persediaan bahan baku, barang dalam proses, maupun barang jadi ), pengeluaran untuk pembayaran upah dan gaji karyawan, serta biaya operasi lainnya. b. Pengeluran Jangka Panjang (Long Term / Capital Xpenditures) Sebagai tambahan untuk memnuhi kebutuhan dana bagi pengeluaran operasionalnya, perusahaan juga membutuhkan dana untuk membiayai pengeluran aktiva tetap. Aktiva tetap adalah aktiva yang memiliki nilai dan mmasa pemakaian panjang. Sebai contoh aktiva tetap adalah investasi tanah, gedung, dan pembelian mesin-mesin. Pembiayaan perusahaan Untuk memenuhi kebutuhan akan pengeluaran jangka pendek maupun panjang, perusahaan membutuhkan dana yang tidak saja dapat dipenuhi oleh kemampuan modal awal dari pemilik serta kemampuannya dalam menghasilakn laba, tetapi juga dana dari luar perusahaan seiring dengan perkembangan kemajuan usahanya. 1. Sumber Dana Jangka Pendek Sumber dana jangka pendek meliputi : a. Trade Credit (Utang Dagang) b. Pinjaman Bank Jangka Pendek Dengan Jaminan (Scured Short Term Loan) c. Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Jaminan (Unsecured Short Term Loan) d. Letter Of Credit e. Commercial Paper f. Factoring 2. Sumber- Sumber Dana Jangka Panjang Pada umumnya perusahaan membutuhkan dana jangka panjanguntuk memenuhi pengeluaran jangka panjangnya, seperti pembelian aktiva tetap. Agar bias memulai usahanya perusahaan harus mengeluarkan dana untuk bangunan dan peralatan. Pencarian dana jangka panjang diperoleh dari : a. Pembiayaan Melalui Utang 1. Utang jangka panjang 2. Obligasi perusahaan b. Pembiayaan Dengan Modal Sendiri (Equity Financing) 1. Saham biasa 2. Laba ditahan Sumber-sumber permodalan Umumnya dana permodalan dapat diperoleh dalam 3 cara, antara lain: 1. Dana Sendiri Menggunakan dana sendiri paling banyak dilakukan oleh pengusaha dalam memodali usahanya. Pemakaian dana ini dimungkinkan bila memiliki simpanan uang tunai di bank ataupun berupa reksadana. 2. Dana pinjaman Jika anda tidak mempunyai simpanan dana pribadi dan kekurangan dana, maka alternatif lainnya adalah dana pinjaman. a. Kredit Usaha Kredit usaha pada berbagai Bank dikemas dengan nama yang berbeda. Kredit usaha diberikan sesuai dengan jenis usaha masing-masing. Biasanya kredit usaha perbankan dibedakan menjadi kredit investasi dan kredit modal kerja, atau mungkin juga gabungan keduanya. b. Kredit Tanpa Agunan (KTA) Beberapa lembaga perbankan meluncurkan program Kredit Tanpa Agunan (KTA), yaitu kredit perorangan yang tidak menggunakan agunan sebagai jaminan untuk keperluan konsumtif. Untuk para pemula usaha, kredit ini dapat menjadi salah satu sumber pendanaan bagi yang tidak memerlukan kredit dalam jumlah besar. Umumnya kredit yang diberikan berkisar 5 juta sampai maksimal 150 juta, dengan jangka waktu yang beragam. c. Kredit BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Fasilitas kredit dari BPR relatif lebih mudah persyaratan dan prosesnya dibandingkan di bank umum. BPR melayani orang-orang yang butuh pendanaan usaha, terutama UKM, dengan sistem dan persyaratan yang cenderung mudah. Tapi harus diingat tingkat bunganya cenderung lebih tinggi dari bank umum, dengan jangka waktu yang relatif lebih singkat. d. Leasing atau Lease Back Leasing ialah program pendanaan yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan yang berbentuk perusahaan pendanaan, dimana pinjaman tersebut diberikan tidak berupa uang tunai, namun berupa pembelian aset bergerak perusahaan seperti kendaraan bermotor. Sedangkan lease back adalah pinjaman yang diberikan pada usaha yang membutuhkan dana tunai dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor yang dimiliki. e. Perum Pegadaian Suatu lembaga keuangan yang dimiliki pemerintah untuk menyalurkan pinjaman dengan jaminan barang tertentu, dengan tingkat bunga yang relatif rendah dan dihitung per 2 mingguan. Anda bisa memilih produk pegadaian yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan usaha, seperti KCA (Kredit Cepat Aman), Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai), ataupun Kreasi (Kredit Angsuran Sistem Fiducial). f. Koperasi Koperasi yang menyalurkan pendanaan adalah koperasi kredit (Kopdit) ataupun KSP (koperasi simpan pinjam). Umumnya persyaratan yang diperlukan adalah anda harus menjadi anggota dari koperasi tersebut. Dengan menjadi anggota dan melakukan simpanan, maka anda berhak untuk mendapatkan fasilitas kredit. Sebab pada umumnya, koperasi hanya melayani kredit bagi anggotanya saja. g. Pinjaman BUMN Dana yang digunakan sebagai pinjaman dari BUMN adalah dana kemitraan yang sebagian berasal dari laba perusahaan yang disisihkan untuk pengusaha kecil. Program dana kemitraan ini disebut juga Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN. BUMN yang memiliki program kemitraan ini antara lain PT Jamsostek, Pertamina, PT GAs Negara, dan sebagainya. Untuk informasi ini dapat dicari di Kementrian BUMN) h. Pinjaman Departemen Pemerintah juga memberikan program kredit usaha kecil melalui beberapa departemen. Ada tiga departemen yang mempunyai fasilitas pembiayaan untuk UKM, yaitu Departemen Pertanian, Departemen Koperasi dan Departemen Perindustrian. Khusus untuk usaha rumah makan, departemen yang memungkinkan untuk memberikan pinjaman adalah Departemen Koperasi. 3. Dana Gabungan Usaha (joint) Kalau memiliki teman atau kerabat yang berpotensi memiliki dana lebih dapat dinegosiasikan untuk ikut serta menjadi pemodal dalam jumlah besar ataupun sebagian kecil dari bisnis anda. Usahakan membuat perencanaan konsep rumah makan yang matang lalu lakukan presentasi dan kemudian negosiasikan mengenai kebutuhan modal, jumlah, jangka waktu, dan pembagian hasil dari keuntungan usaha setiap bulannya. Jangan lupa untuk membuat daftar nama relasi yang potensial sebelumnya, untuk mendapatkan peluang pinjaman yang lebih besar. Penilaian Perusahaan Pendekatan Analisis Keuangan The Balanced Scorecard Penggunaan balanced scorecard untuk mengevaluasi perusahaan sama seperti penggunaan CSF dalam mengevaluasi dan mengkompensasi manajer perseorangan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan menggunakan rasio laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Dua ukuran kinerja yang umum adalah likuiditas dan profitabilitas. Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk membayar beban-beban lancar dari operasinya dan utang yang jatuh tempo. Lima ukuran kunci likuiditas adalah tingkat perputaran rekening piutang, tingkat perputaran persediaan, current ratio, quick ratio, dan cash flow ratio. Empat rasio profitabilitas kunci adalah gross margin percent, return on asset, return on equity, dan earnings per share. Economic Value Added Economic value added (EVA) adalah suatu pendapatan unit bisnis setelah pajak dan setelah mengurangi biaya modal. EVA digunakan untuk memfokuskan perhatian manajer pada penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dengan memperoleh laba yang lebih besar daripada biaya modal perusahaan, perusahaan meningkatkan sumber daya di dalam perusahaan yang tersedia untuk dividen dan atau untuk membiayai pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan. EVA = EVA pendapatan bersih – (biaya modal x investasi modal) Pendekatan Penilaian Empat metode untuk mengukur nilai suatu perusahaan secara langsung yaitu : 1. Metode Nilai Pasar Nilai perusahaan ditentukan dari jumlah saham beredar dikalikan dengan harga pasar saham saat ini. Metode ini merupakan ukuran penilaian pemegang saham yang paling cepat dan objektif atas kinerja dan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai untuk pemegang saham. 1. Metode Penilaian Aktiva Akuntan-akuntan memiliki empat pilihan pada saat menggunakan metode ini yaitu nilai buku bersih, nilai buku kotor, biaya penggantian, dan nilai likuidasi. Kelemahan penting dari dua metode pertama adalah bahwa keduanya dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi perusahaan dan dapat sangat terdistorsi oleh umur asset dan tidak disertakannya aktiva tidak berwujud. 1. Metode Discounted Cash Flow Metode ini mengukur nilai perusahaan sebagai nilai sekarang dari arus kas bersih yang diskonto. Arus kas satu tahun atau lebih di masa depan didiskontokan untuk memperhitungkan nilai waktu dari uang ; arus kas pada periode-periode terbaru lebih bernilai dibandingkan arus kas pada periode-periode yang terlalu jauh. Karena didasarkan pada arus kas, metode DCF memiliki keunggulan tambahan, yaitu tidak dihadapkan pada bias kebijakan akuntansi yang berbeda-beda dalam menentukan total aktiva dan laba bersih, sebagaimana halnya pada metode penilaian asset dan analisis laporan keuangan. Metode DCF umumnya digunakan apabila tidak tersedia harga saham atau ketika harga saham tidak apat diandalkan. Metode DCF membedakan dua jenis nilai dalam menentukan nilai perusahaan : 1) Nilai arus kas untuk periode perencanaan 2) Nilai arus kas di atas tiga samapai lima tahun 1. Penilaian Berdasarkan Perolehan Metode berdasarkan perolehan memperhitungkan nilai sebagai produk dari perolehan akuntansi tahunan yang diharapkan dikalikan dengan suatu multiplier/pengganda. Pengganda tersebut seringkali digaji, bonus, tunjangan atau tambahan penghasilan dari rasio-rasio harga terhadap perolehan dari perusahaan-perusahaan yang dipegang secara umum dan sebanding. Rasio harga terhadap perolehan mengukur jumlah yang mana investor bersedia membayar untuk satu dolar dari earnings per share perusahaan. Jika rasio harga terhadap perolehan tidak tersedia untuk suatu perusahaan tertentu, maka suatu nilai rata-rata atau yang mewakili digunakan dari rasio-rasio harga terhadap perolehan perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Rasio ini selanjutnya dapat disesuaikan ke atas untuk mengakui suatu perusahaan dengan potensi laba masa depan yang tidak diakui dalam perolehan-perolehan saat ini atau sebaliknya. Jakarta, 20 Oktober 2018 Mayang Sari DAFTAR PUSTAKA Putra. Yananto Mihadi. (2018). Pengembangan Sistem Infoemasi. Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen FEB – Universitas Mercubuana: Jakarta. Bertalya, dkk. (2007). Sistem Basis Data. Depok : Universitas Gunadarma. Conolly, Thomas and Carolyn B. (2002). Database Systems. New York.Harlow. Kroenke, D.M and David, A.J. (2007). Database Concepts. 3rd ed. New York Precentice. http://halima1809.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-usaha-baru-yang-berkembang.html http://pusatresto.wordpress.com/2009/05/28/sumber-sumber-modal-usaha/ http://khoyunitapublish.wordpress.com/2012/08/30/kompensasi-manajemen-dan-penilaian-terhadap-perusahaan/ Sutanta, E., 1996. Sistim Database, Konsep dan Peranannya dalam Sistim Informasi Managemen. Andi Offset. Yogyakarta. Sutabri, T.,2003. Sistim Informasi Managemen. Penerbit ANDI Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates